Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Lantunan Al-Qur'an Yang Menggetarkan Dinding Istana

Kisah Lantunan Al-Qur'an Yang Menggetarkan Dinding Istana - Bacaan lantunan ayat suci Al-Qur'an yang bisa mengetarkan dinding istana bahkan menggetarkan satu kampung, tentu hal itu tidak bisa dilakukan oleh orang biasa. Ya benar sekali, hanya orang pilihan dan orang memiliki ketakwaan tinggi tinggi yang bisa melakukan hal diluar akal manusia tersebut.

Ya benar sekali, kisah lantunan Al-Qur'an yang menggetarkan dinding istana ini dilakukan oleh Walillah Kanjeng Sunan Kalijaga atau Raden Said ketika beliau merindukan ibunya. Beliau mengirimkan lantunan ayak suci Al-Qur'an dari jarak jauh dengan ilmu tingkat tinggi sehingga tidak hanya menggetarkan hati sang ibu, namun juga menggetarkan istana Tuban saat itu.

Kisah Kanjeng Sunan Kaligaja dimulai ketika beliau masih muda. Beliau merupakan anak adipati Tuban yaitu Tumenggung Wilatikta dan Dewi Nawangrum. Kadipaten Tuban saat itu tunduk pada kerajaan Majapahit yang saat itu sedang mengalami kemunduran, sehingga banyak mengalami konflik.
Kisah Lantunan Al-Qur'an Yang Menggetarkan Dinding Istana
Kisah Lantunan Al-Qur'an Yang Menggetarkan Dinding Istana

Pada saat Sunan Kalijaga muda, Majapahit mengalami kemunduran. Kerajaan menarik pajak dan upeti yang sangat besar  kepada masing-masing kadipaten termasuk kadipaten Tuban yang dipimpin oleh ayanya, suatu ketika memasuki musim kemarau sehingga membuat rakyat semakin menderita, sehingga kanjeng sunan bertanya kepada ayahnya  "Bapa, kenapa rakyat Tuban ini yang sudah sensara semakin dibuat sensara oleh Majapahit?". Sang ayah hanya diam sambil membenarkan pertanyaan anaknya tersebut.

Sunan Kalijaga yang tak tahan melihat rakyat menderita, akhirnya beliau berjuang dengan caranya sendiri yaitu mencuri pajak atau upeti yang telah di kumpulkan untuk beliau bagi-bagikan kepada rakyat miskin, akhirnya beliau ketahuan dan diusir dari rumah olehnya. Kemudian beliau juga mencuri harta miliki orang kaya yang pelit untuk diberikan kepada orang-orang miskin, namun sayangnya beliau kena sial. Pada saat beliau mau menolong sorang gadis yang dirampok, beliau di fitnah dan akhirnya di usir dari kampung halamannya. Beliau boleh kembali setelah bisa mengguncangka kampungnya dengan bacaan Al-Qur'an.

Setelah diusir Sunan Kalijaga mengembara tanpa tujuan yang pasti, pada akhirnya dia menetap di hutan kaliwangi dan bertahun-tahun lamanya, dia tetap menjadi perampok budiman dengan merampok harta orang kaya yang kemudian di bagikan ke orangorang miskin. Di hutan kaliwangi sunan kalijaga mengganti namanya yang dulunya Raden Said menjadi Berandal Lokajaya.

Bertemu dengan Sunan Bonang

Pada suatu hari, ada seseorang berjubah puti melewati hutankaliwangi, Dari kejauhan Sunan kalijaga sudah mengincarnya karena orang tersebut membawa tongkat yang berkilauan seperti emas, setelah orang tersebut dekat, tanpa banyak bicara tongkat itupun direbut oleh sunan kalijaga dan orang berjubah itupun jatuh tersungkur.

Dengan susah payah orang tersebut mencoba untuk bangun, sementara itu sunan kalijaga mengamati tongkat tersebut yang ternyata bukan emas. Karena orang tua berjubah tersebut menangis, sunan kalijaga pun meminta maaf dan mengembalikan tongkatnya. Akan tetapi orang tua tersebut menangis bukan karena tongkatnya direbut melainkan karena dia merasa berdosa gara-gara ada rumput yang tercabut saat dia terjatuh. Mendengar perkataan orang tersebut bergetarlah hati sunan kalijaga, Kemudian orang tua itupun bertanya kepada sunan kalijaga.

"anak muda sebenarnya apa yang engkau cari didalam hutan ini"
"saya menginginkan harta" jawab sunan kalijaga dengan menyamar sebagai Berandal jayaloka
"Untuk siapa?" tanya kembali orang tua tersebut
"Saya bagikan ke fakir miskin dan orang-orang yang menderita" jawab sunan kalijaga
"Sungguh mulia hatimu, tapi sayang caramu itu keliru"
"Orang tua apa maksudmu?"
"Boleh bertanya anak muda, jika engkau mencuci pakaianmu yang kotor dengan air kencing, apakah tindakanmu ini benar?" tanya orang tua tersebut.
"Sungguh tindakan yang bodoh, hanya akan menambah kotor dan bau pakaian tersebut" jawab sunan kalijaga

Orang tua itupun tersenyum sambil berkata "Demikian pula amal yang engkau lakukan. Engkau bersedekah dengan barang yang didapat dengan cara haram, itu sama halnya mencuci pakaian dengan air kencing".

Sunan kalijagapun kaget bukan main, dan inilah jawaban yang dia cari-cari. Rasa malu mulai menghujam di lubuk hatinya, betapa keliru perbuatannya selama ini, dan sanan kalijagapun mulai menyukai orang tua tersebut.

Orang tua tersebut kembali melanjutkan perkataannya

"Banyak hal yang terkait dalam usaha mengentas kemiskinan dan penderitaan rakyat saat ini. Engkau tidak bisa mengubahnya hanya dengan memberikan bantuan makan dan uang kepada para penduduk miskin. Engkau harus memperingatkan para pengusaha yang zalim agar mau mengubah caranya memerintah agar tidak sewenang-wenang. Engkau juga harus dapat membimbing rakyat agar dapat meningkatkan taraf hidupnya"

 Mendengar itu sunan kalijaga pun semakin terpana kepada orang tua tersebut. Kemudian orang tua tersebut kembali berkata

" Kalau engaku mau bekerja keras dan hanya ingin beramal dengan cara yang mudah, maka ambilah itu, itu adalah barang yang halal, ambilah sesukamu," dengan menujuk ke arah pohon aren.

Mata Sunan kalijaga pun terbelalak melihat pohon aren tersebut menjadi emas. Awalnya sunan kalijaga mengira itu adalah sihir, setelah dia beberapa kali mencoba penangkal sihir ternyata itu bukanlah sihir. Kemudian sunan kalijagapun memanjat buah aren tersebut, tiba-tiba buah aren tersebut rontok dan sunan kalijagapun jatuh pingsan.

Setelah dia sadar dari pingsan, pohon aren tersebut berubah menjadi pohon biasa lagi, Sunan kalijagapun bangkit dan mencari orang tua tersebut. Terlihat dari kejauhan orang tua tersebut, sunan kalijaga mengejarnya dengan penuh tenaga dan akhirnya sampai juga sunan kalijaga di belakang orang tua tersebut.

Orang tua tersebut berhenti karena didepan ada sungai yang besar.

"Tunggu" ucap sunan kalijaga

"Sudikah kiranya tuan menerima saya sebagai murid" mohon sunan kali jaga dengan nafas ngos-ngosan karena habis berlari mengejarnya.

" Menjadi muridku" jawab orang tua tersebut
" Mau belajar apa" lanjut orang tua tersebut
" Apa saja asalkan tuanmau menerima saya sebagai murit tuan" jawab sunan kalijaga
" Berat anak muda, bersediakah kau menerima syarat-syaratnya"
" Saya bersedia"

Lelaki tua itupun menancapkan tongkat di tepi sungai, dan memerintahkan sunan kalijaga untuk menjaganya tak boleh beranjak dari tempat itu sebelum orang tua tersebut kembali menemuinya ditempat tersebut.

Sunan kali jagapun menerima syarat tersebut.

Sunan kalijagapun semakin terkejut ketika orang tua tersebut berjalan diatas sungai, seperti jalan didaratan, sunan kalijagapun semakin yakin kalau calon gurunya adalah orang yang berilmu tinggi.

Setelah orang tua itu pergi, sunan kalijaga duduk dengan bersila, dia membaca ayat Alqur'an Yaitu kisah Ashabul Kahfi, maka iapun berdoa kepada Allah untuk ditidurkan seperti para pemuda di gua Kahfi. Akhirya pun sunan kalijaga tertidur selama 3  tahun, 3 tahun kemudian orang tua tersebut kembali menemui sunan kalijaga, tubuh sunan kalijaga pun sudah dirambati akar dan rumput dan tidak bisa dibangunkan, sunan kalijagapun akhirnya bisa dibangunkan dengan cara orang tua tersebut mengumandangkan AZAN, kemudian tubuh sunan kalijagapun dibersihkan dan diberi pakaian baru, yang kemudian sunan kalijaga dibawa ketuban, dan diajari dengan pelajaran yang sesuai tingkatannya yaitu tingkat waliALLAH. Dan orang tua tersebut adalah Sunan Bonang putra dari Sunan Ampel.

Kerinduan sang ibu

Setelah kepergian Sunan Kalijaga, Sang ibu yang sedih semakin sedih karena adik perempuan Sunan Kalijaga ikut pergi dari kampung untuk mencari kakaknya. Bertahun-tahun ditinggalkan kedua anaknya, sang ibu seperti kehilanga gairah hidup. Terlebih setelah banyaknya perampok yang tertangkap oleh adipati Tuban yang mengenakan pakaian dan topeng sama persis yang dikenakan oleh Sunan Kalijaga, akhirnya terbuktilah jika Sunan Kalijaga tak bersalah. Ayah dan ibunya menangis sejadi-jadinya telah mengusir anak yang disayanginya tersebut. Sang ibu tidak tahu jika ternyata anaknya atau Sunan Kalijaga sudah bertahun-tahun kembali ke Tuban, hanya saja Sunan Kalijaga tidak langsung ke Adipati Tuban, melainkan tinggal Bersama sang guru yaitu Sunan Bonang.

Lantunan Al-Qur'an yang hebat hingga mengguncang dinding istana Tuban

Untuk mengobati kerinduan pada sang ibu, Sunan Kalijaga mengirimkan lantunan ayat suci Al-Qur'an dengan mengerahkan ilmu tingkat tinggi untuk dikirim ke adipati Tuban hingga menggetarkan dan mengguncang dinding Istana Tuban. Bahkan hingga menggetarkan hati sang ayah dan ibu, Namun Sunan Kalijaga belum menampakan dirinya. Beliau masih memiliki tugas yaitu mencari adik kesayangannya yang juga ikut pergi saat beliau diusir dari Tuban. Setelah berhasil menemukannya, beliau dan adiknya akhirnya pulang kerumah dan bertemu dengan kedua orang tuanya.

Melepas rindu

Tak terkira kebahagiaan kedua orang tua setelah kehilangan kedua anaknya selama bertahun-tahun. Setelah agak lama melepas rindu, sang ayah bertanya kepada Sunan Kalijaga.
"Wahai anaku, apakah engkau yang telah menggetarkan dinding istana Tuban ini?"
"Benar ayahanda" Jawab Sunan Kalijaga
"Dengan apa engkau menggetarkan dinding istana Tuban ini?" Tanya sang ayah
"Dengan bacaan Al-Qur'an ayahanda, Alhamdulillah aku mampu menggetarkan dinding istana Adipati Tuban, semua karena ALLAH SWT, hingga aku memberanikan diri kemari sesuai permintaan ayah dan ibu" Jawan Sunan kalijaga.
"Wahai anaku, sungguh tinggi ilmumu, semoga bisa kau gunakan untuk kebaikan ditanah jawa ini" Jawab sang ayah.

Sunan Kalijaga mengembara bersama Wali Songo lainnya

Karena usai ayahnya yang sudah tak lagi muda, sang ayah meminta Sunan Kalijaga untuk menggantikannya sebagai Adipati Tuban, namun Sunan Kalijaga menolaknya hingga akhirnya kedudukan Tuban diberikan kepada cucunya sendiri. Beliau kemudian melanjutkan pengembaraannya ke Jawa Tengah dan Jawa Barat untuk menyebarkan agama Islam bersama dengan para Wali lainnya. Beliau di makamkan di Kadilangu, Demak Jawa Tengah. Semoga amal perjuangannya diterima disisi Allah SWT.